Tuesday, 26 February 2013

Tentang sebuah Kamar

Malam ini, aku terjebak lagi di ruangan ini. Sebuah ruangan yang besarnya mungkin tidak lebih besar dari kamarku di rumah. Ruangan ini adalah kamar kosku. Sudah sekitar enam bulan aku menyewa kamar ini meski aku sebenarnya sudah membayar setahun penuh. Namun mau apalagi, itu sudah aturan dari ibu pemilik kamar ini. Tapi dua bulan ke belakang, kamar ini tidak aku huni. Libur panjang yang membuatku dengan senang hati meninggalkan kamar ini untuk sementara. Dan kini, liburan yang menyenangkan itu harus berakhir. Memang, saat liburan aku hanya berada di rumah dan sesekali pergi bersama ibu. Dan aku merasa itu sudah lebih dari cukup. Tidak seperti para pejabat yang harus pergi ke luar negeri dengan alasan untuk studi banding, liburan dimanapun asal bersama ibu membuatku merasa sangat senang. Mengapa? Karena kau tak kan tahu sampai kapan kau akan bisa bersamanya. Meski jauh di lubuk hatimu kau ingin selalu bersamanya. Jadi, aku rasa memanfaatkan waktu libur untuk berdua dengan ibu adalah hal yang baik. Baiklah, akan aku lanjutkan agar tulisan ini tidak membuatku terlhat semakin cengeng.

Dan alasanku saat ini berada di kamar ini juga karena ibuku, dan tentunya juga karena kehendak Tuhanku. Di sini aku harus berusaha sebaik mungkin menuntut ilmu untuk membahagiakan ibu. Dan di sini pula aku harus berusaha hidup sendiri dengan penuh keterbatasan, well jika dibandingkan dengan saat berada di rumah. Dan kadang aku berpikir bahwa mungkin seorang manusia memang harus merasakan saat-saat seperti ini untuk memunculkan potensinya. Buktinya, di sini aku merasa lebih bisa mengatur waktu dan lebih mandiri. Lalu aku berpikir tentang orang-orang yang bisa berkarya walau hanya berada di tempat yang disebut penjara sekalipun. Salah satunya adalah presiden pertama kita, Soekarno. Dalam sebuah buku disebutkan bahwa walau di dalam penjara, beliau tetap menulis. Meski raganya terkekang, imajinasi dan pikirannya tetap bisa melanglang buana menjelajahi dunia. Luar biasa. Namun, bukan hanya beliau yang mempunyai nasib seperti itu, orang-orang ini juga mempunyai cerita yang sama. Bagaimana jika dibandingkan dengan aku? Hmm, tentunya masih sangat jauh. Jika tidak ada sesuatu yang harus dikerjakan aku hanya tiduran di kamar.


Soekarno

Lalu ada kisah seorang pemuda yang saat ini kekayaannya diperkirakan mencapai triliunan rupiah. Dia adalah Mark Zuckerberg. Pada tanggal 4 Februari 2004 dari sebuah kamar di asramanya, ia memulai kesuksesannya itu dengan meluncurkan situs jejaring sosial yang bernama Facebook. Ya, memang kamar itu bukan kamar biasa melainkan kamar di Universitas Harvard. Namun, aku rasa bukan karena kamar itu yang membuat sang penghuni bisa menggapai apa yang dimilikinya saat ini. Apa yang didapat Mark tentu karena impian dan usahanya yang sudah ia lakukan jauh sebelum itu.


Mark Zuckerberg

Ya, itulah mereka. Orang-orang yang masih bisa berpikir luas dalam ruangan yang tak seberapa luas. Orang-orang yang awalnya di dunia luar dicerca, namun dengan hasil yang lahir dari dalam ruangan terbatas itu, mereka menjadi dikenal dunia. Aku pun ingin seperti itu. Bukan tentang terkenal atau tidak, tapi tentang cara mereka menginspirasi orang lain. Dan di kamar ini, aku harap akan ada cerita baru yang bisa dimulai. Cerita yang nantinya bisa menginspirasi orang lain :)

Surakarta, 25 Februari 2013

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...