Sunday, 19 January 2014

Indonesia sebagai Negara Maritim Agraris

Bukan lautan hanya kolam susu 
Kail dan jalan cukup menghidupimu 
Tiada badai tiada topan kau temui 
Ikan dan udang menghampiri dirimu 

Bukan lautan hanya kolam susu 
Kail dan jala cukup menghidupmu 
Tiada badai tiada topan kau temui 
Ikan dan udang menghampiri dirimu

Orang bilang tanah kita tanah surga
Tongkat kayu dan batu jadi tanaman 
Orang bilang tanah kita tanah surga 
Tongkah kayu dan batu jadi tanaman
(Kolam Susu, Koes Plus)


Tanah yang subur dan wilayah perairan yang luas merupakan anugerah yang perlu disyukuri oleh bangsa Indonesia. Dengan adanya kedua hal tersebut negara ini sering disebut sebagai negara agraris dimana tanahnya digunakan pertanian serta perkebunan dan negara maritim dimana perairannya dimanfaatkan untuk perikanan, tambak, maupun pelayaran. 





Sayangnya saat ini bangsa Indonesia tidak dapat memanfaatkan kedua potensi tersebut secara maksimal. Hasil pangan dari pertanian menurun. Pengamat ekonomi pertanian UGM, Prof. Dr. Ir. Masyhuri mengatakan penurunan produksi pangan nasional disebabkan ketersediaan lahan pertanian yang masih sangat minim. Rata-rata petani di Indonesia hanya menguasai lahan kurang dari 0,5 hektar. “Makin lama skala usaha pertanian mereka makin mengecil,” imbuhnya.


Selain itu, faktor iklim juga mempengaruhi ketersediaan pangan di Indonesia. Di Indonesia, pengaruh pemanasan global telah menyebabkan perubahan iklim, antara lain terlihat dari curah hujan di bawah normal, sehingga masa tanam terganggu, dan meningkatnya curah hujan di sebagian wilayah. Kondisi tata ruang, daerah resapan air, dan sistem irigasi yang buruk semakin memicu terjadinya banjir, termasuk di area persawahan.


Dari sektor maritim juga mengalami nasib yang sama, kondisi perikanan di Indonesia saat ini sangat mengkhawatirkan, terutama nasib para nelayan kecil yang selalu terinjak-injak dan masih berada dibawah garis kemiskinan. Karena beberapa masalah di atas, Indonesia menjadi negara yang tidak mandiri sehingga lebih sering mengimpor daripada mengekspor bahan pangan.

Solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan menyediakan aspek-aspek produksinya yang terjaga. Baik dari segi faktor produksi seperti lahan, benih, pupuk; maupun kemampuan mengembangkan usaha seperti melakukan modernisasi peralatan produksi, hinga riset benih unggul. Selain itu keleluasaan pasar pun harus harus terjamin, agar produk-produk pangan dapat bersaing secara bebas sehingga terjadi keseimbangan pasar.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...