Thursday, 19 December 2013

Bahagia itu Sederhana

Bismillah..

Alhamdulillah masih diberi kesempatan lagi untuk nulis setelah lumayan lama nggak nulis di blog ini. Sebagai warming up, saya mau curhat aja tentang pengalaman beberapa hari yang lalu ketika saya pergi ke Klaten.

Jadi Jumat dua minggu yang lalu saya dan enam orang teman saya, Mentari, Hana, Faizal, Fachrul, Nofa, dan Kiki hendak pergi ke Klaten untuk membeli beras mencari data statistika tentang ekonomi primer di kota tersebut. Sebenarnya saya agak aras-arasen juga waktu itu, tapi karena udah disetujuin bahwa objek penelitiannya di Klaten jadi ya udah, manut aja. Hehe

Setelah kuliah, sekitar jam setengah sebelas kami berangkat. Empat motor yang kami kendarai berjalan beriringan dengan Faizal, yang memang orang Klaten, memimpin di depan sebagai penunjuk jalan.

Setelah berjalan lebih dari setengah jam, tiba-tiba motor Mentari berhenti. Ternyata rantai motornya lepas. Kami pun terpaksa meninggalkannya di bengkel bersama Hana karena kami harus segera sampai sebelum kantor BPS tutup. Yah, ibarat di film drama, adegannya udah mirip sama pemain yang bilang "Tinggalkan kami... Kamu harus meneruskan perjuangan kami... Berjuanglah!". Lalu, kami pun meninggalkan mereka sambil menitikkan air mata melambaikan tangan.


Faizal ternyata juga tidak tahu di mana letak BPS berada. Kami yang sudah sampai di Bappeda Klaten yang sebelumnya mengira bahwa kantornya bersebelahan dengan BPS, akhirnya cuma numpang tanya di sana. Kebetulan di Bappeda ada Cut, Jati, dan Nuri yang baru saja mencari kebutuhan data untuk tugas. Setelah berbincang-bincang, kami berdelapan malah membuat rencana baru untuk main ke rumah Jati yang juga berdomisili di Klaten. Kami pun setuju, dengan syarat kami harus ke BPS dulu.

Di BPS alhamdulillah kami mendapatkan pelayanan ramah dari pegawainya (seringnya ketemu pegawai judes, jadi sekalinya ketemu pegawai ramah langsung bahagia). Karena pegawainya baik banget, kami pun diijinkan meminjam sebelas buku data statistika dengan KTP Fachrul sebagai jaminan. Batas peminjaman cuma sampai jam setengah empat. Jadi setelah berterimakasih pada bapak pegawai tersebut, kami langsung menuju rumah Jati sekalian cari tempat fotocopy untuk menyalin halaman-halaman penting dari buku-buku tersebut.

Singkat cerita, di rumah Jati kami beristirahat, sholat, makan, minum, sembari menunggu hasil fotocopy. Mentari dan Hana menyusul setelah motornya sudah diperbaiki. Keluarga Jati baik banget jadi kami merasa sungkan saat mau pamit (-,-)

Setelah pamit, tujuan kami selanjutnya adalah rumah Faizal. Karena Faizal udah terlanjur bilang sama orang tuanya kalo kami mau mampir, kami pun tidak kuasa menolak. Masa iya mau PHP-in orang tua, takut kualat. Hehe. Tapi beberapa teman saya tidak bisa ikut karena ada keperluan mendadak. Dan akhirnya hanya menyisakan saya, Nofa, Kiki, Fachrul, dan Faizal tentunya. Setelah mengambil hasil fotocopy dan mengembalikan buku ke BPS, kami langsung cus ke rumah Faizal.

Dari Kota Klaten sampai ke rumah Faizal ternyata menempuh jarak yang cukup jauh. Mungkin karena pemandangannya hanya sawah sejauh mata memandang jadi rasanya nggak nyampe-nyampe. Saya sampai ngira kalau udah sampai NTT atau NTB saking lamanya perjalanan (-,-)v

Sekitar empat puluh menit kemudian, akhirnya Faizal mulai memberikan tanda-tanda bahwa rumahnya tidak jauh lagi. Dia masuk ke sebuah pekarangan di pinggir jalan. Huft, akhirnya sampai juga kami :D

Rumah Faizal sederhana tapi nggak tahu kenapa saya ngerasa hommy (istilah bikinan saya sendiri yang artinya 'rumah banget'). Mungkin karena rumah kakek saya juga di Klaten jadi saya ngerasa de javu. Kakek saya udah lama meninggal jadi udah lama saya nggak ke rumah kakek saya lagi. Rumah kakek sekarang hanya digunakan untuk menyimpan padi oleh bulek saya.

'Hommy' place that I told :D

Di sini kami juga dijamu makan dan minum. Jadi bisa dikatakan hari itu saya sama sekali nggak ngeluarin duit buat ngisi perut. Muehehe :D

Di depan rumah, pemandangannya nggak kalah seru. Asri banget!

Kameranya yang jelek, itu di belakang pohon ada pemandangan sawah dan gunung.
Orang tuanya juga nJawani banget, jadi nyaman aja kalo ngobrol sama mereka. Rasanya pengen lama-lama di sana. Apalagi karena perasaan nostalgia itu tadi, rasanya saya kaya kembali ke masa kecil saya dulu, di mana saat saya main ke rumah kakek bersama bapak saya, pemandangannya juga hampir sama. Sempat saat saya sholat Ashar di sana, saya nangis keinget masa kecil dulu waktu main di Klaten. *Duh, jadi kangen bapak :')

Oke. Mungkin itu dulu pengalaman yang bisa saya tulis di sini (sebelum saya nangis beneran). Hikmah yang saya dapet dari pengalaman saya ini, ya sama kaya judulnya, "Bahagia itu Sederhana". Di rumah temen saya yang sederhana itu, saya bisa menemukan secuil kebahagiaan yang udah lama nggak saya rasakan selama saya kuliah di Solo. Mungkin benar apa yang tertulis di puisi Imam Syafi'i:
Merantaulah...
Kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan 
Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang
Dari perantauan saya (yang walaupun tidak begitu jauh :D), saya mendapatkan pengganti kerabat dan kawan. Dari kawan yang baru, saya mendapatkan pengalaman baru, pengetahuan baru. Dan dari kawan yang baru juga, saya juga bisa menemukan kebahagiaan :)

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...