Hari ini saya terjebak lagi dalam keadaan yang menyebalkan. Apa itu? Ujian kompetensi -_-
Huft.. Sebenernya udah belajar sih. Tapi tetep aja ada yang kelewat waktu dipelajari. Walaupun cuma satu soal yang nggak bisa (padahal soalnya cuma 4) tetep aja rasa kecewa, takut, sedih mengganggu pikiran saya. Gimana kalau nanti nilainya jelek? Gimana kalau nanti dapet peringkat terakhir? Gimana kalau nanti lulus nilainya mepet? Pikiran-pikiran kaya gitu sering banget muncul kalau saya lagi dalam keadaan kaya gini. Dan akhirnya setelah ujian itu saya memutuskan untuk pulang ke rumah untuk mencari udara segar biar efek stress ini hilang.
Di perjalanan pulang saya merasa bahwa Allah menghendaki kepulangan saya, karena tadi waktu pulang nggak hujan, padahal biasanya hujan. Hehe
Aroma sawah dan pemandangan daun-daun padi yang menguning menciptakan rasa damai dalam perjalanan. Jalan juga nggak begitu ramai, jadi bisa dibilang perjalanan tadi cukup lancar.
Setelah satu jam akhirnya saya sampai di rumah. Ibu yang memang hari ini nggak saya kabari bahwa saya mau pulang, menyambut saya sambil bertanya-tanya. "Apa besok nggak ada kuliah?" Saya hanya bisa menjawab "Ada, bu" dan ibu yang akhirnya tahu bahwa saya sedang kangen rumah, tidak bertanya apa-apa lagi. Lalu saya menuju kamar untuk merebahkan badan yang pegal akibat mengendarai motor tanpa istirahat sebentar pun di jalan.
Kemudian tiba-tiba percakapan itu terjadi, saya cerita tentang jadwal kuliah yang mulai padat di semester ini. Dengan nada terbebani tentunya. Dan ibu dengan penuh pengertian mulai menceritakan kisahnya. Dulu ibu juga kuliah. Jadwalnya juga padat, malah bisa dibilang lebih padat dari saya. Kata ibu, ada jadwal malam hari juga. Untungnya tempat kuliah ibu masih di daerah yang sama dengan tempat tinggal beliau, jadi kalau pulang tidak terlalu jauh. Tapi ibu juga kadang pulang ke tempat nenek yang jaraknya lebih dekat dari kampus. Baru pulang ke rumah ketika pagi harinya.
Ternyata ibu kuliah empat tahun juga. Padahal kampus ibu adalah kampus untuk D3. Di tahun terakhir kuliah, kampus ibu mengadakan sebuah ujian yang dulunya disebut ujian negara. Namun, sayangnya ibu dan beberapa teman beliau nggak lulus dan hanya mendapat sertifikat lokal. Orang-orang di sekitar ibu menyarankan untuk ikut ujian lagi di tahun depan. Tapi ibu memilih untuk mencari pekerjaan. Alhamdulillah ibu mendapat pekerjaan dengan ijasah SMA beliau, dan sampai sekarang beliau menjadi single parent pun, beliau tetap bisa menghidupi ketiga anaknya.
Inilah yang membuat saya terkesan dengan cerita ibu. Empat tahun yang mungkin bisa kebanyakan orang dibilang sia-sia, namun akhirnya tetap ada jalan lain yang mengantarkan ibu pada pekerjaan. Dan ini seperti menjawab ketakutan-ketakutan saya selama kuliah ini. Selama ini saya belajar agar mendapat nilai yang bagus dan bisa mendapat pekerjaan yang mapan. Dan mungkin mindset seperti itu juga ada pada diri mahasiswa lainnya. Lalu bagaimana jika akhirnya saya benar-benar gagal dengan apa yang saya usahakan saat ini? Apakah saya harus frustasi dan murung di kamar berhari-hari? Dari cerita ibu saya sadar bahwa apapun yang terjadi, hal buruk sekalipun, Allah tetap memberikan jalan keluar dan kemudahan. Jika nanti saya mendapat nilai terendah pun, saya yakin Allah sudah memberi rejeki lain. Asal ada usaha pasti ada jalan :)
Terima kasih untuk kisah yang luar biasa ini, bu. Meski bagi orang lain biasa aja, tapi bagi saya kisah ini benar-benar menginspirasi. Saat ini saya hanya bisa berusaha saja, hasilnya saya serahkan sama yang di atas...
Mungkin cukup segini cerita yang bisa saya share. Semoga saja bermanfaat untuk yang baca.. Maaf kalau ada kata-kata yang salah. Hehe :)
Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa) : Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami bersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Beri ma'aflah kami ; ampunilah kami ; dan rahmatilah kami. Engkau penolong kami maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir. (al-Baqarah 286)