Minggu pagi, sekitar pukul 08.30 WIB,
kami kembali menelusuri Kampung Mutihan. Merasa kurang menyerap apa yang ada di
kampung ini, membuat kami ingin kembali ke sana. Di kunjungan kali ini kami
memilih untuk berjalan kaki sehingga menitipkan kendaraan kami di rumah Very.
Kampung Mutihan ternyata cukup luas. Hal
ini kami rasakan saat berjalan mengelilingi kampung tersebut. Kampung ini
dibatasi oleh Kampung Premulung, Kampung Pajang, Kampung Jatirejo, dan sebuah
sungai di selatan. Entah apa nama sungai ini karena saat ditanyakan kepada
warga, mereka juga tidak tahu menahu.
Sungai di selatan Kampung Mutihan |
Tempat olahraga di Mutihan selain ada
lapangan yang luas, juga ada lapangan kecil di dekat halaman rumah warga dan
sebuah arena futsal. Nama arena futsal tersebut adalah Mutihan Futsal. Pada
hari Minggu tempat tersebut terlihat ramai saat kami kunjungi. Lalu, kami
mampir ke sebuah warung sembari melihat-lihat pertandingan futsal dan apa saja
yang ada di Mutihan Futsal ini.
Di sini, pemainnya tidak hanya
anak-anak, tetapi juga bapak-bapak. Fasilitas yang ada di Mutihan Futsal cukup
lengkap. Ada kantin, toilet, mushola, dan tempat parker. Di sini juga ada
sebuah meja tenis meja yang masih dilipat. Mungkin di saat tertentu di sini
juga diadakan olahraga tenis meja. Sistem kebersihannya juga bagus. Botol-botol
bekas minum terkumpul rapi dalam sebuah plastic. Orang yang datang ke sini
terlihat gembira. Kalah menang seakan tidak menjadi soal, yang penting badan
mereka sehat dan dapat bersosialisasi di sini. Satu yang menurutku kurang
mengenakan, harga minuman di kantin ini bisa dibilang cukup mahal. Jika ingin
berhemat, orang-orang yang ingin bermain di sini lebih baik membawa minum dari
rumah.
Mutihan Futsal memiliki jadwal
pertandingan. Dalam jadwal tersebut, pertandingan banyak dilakukan pada sore
hari di hari Senin hingga Sabtu. Di hari Minggu, jadwal pertandingan bisa
dikatakan penuh. Instansi yang tertulis dalam jadwal berbeda-beda. Ini artinya
Mutihan Futsal bisa dikatakan tempat yang nyaman untuk bermain futsal, meski
tempatnya agak tersembunyi.
Rumah-rumah di Kampung Mutihan terlihat
sangat kontras. Beberapa rumah dibangun dengan megah tetapi ada juga yang bisa
dikatakan kurang layak. Jaraknya pun hanya sejengkal saja untuk membedakan
rumah antara si kaya dan si miskin ini.
Saat berjalan di jalan yang bukan aspal,
kami melihat sebuah rumah yang bisa dikatakan unik. Sebuah parabola yang
terbuat dari barang bekas menghiasi atap rumah tersebut. Mungkin pemilik rumah
tersebut adalah orang yang kreatif sehingga tidak perlu membeli parabola mahal
yang dijual di toko-toko.
Di depan rumah warga, banyak diletakkan
sebuah keranjang sampah dari bamboo. Menurut Ibu Tri Mastuti, Ibu Ketua RT 02
RW X Kampung Mutihan, nantinya aka nada petugas sampah dari kelurahan yang mengumpulkan
sampah warga dari tiap-tiap keranjang sampah tersebut. Hal ini terbukti ketika
kami kembali ke rumah Very, seorang bapak tengah mendorong sebuah gerobak penuh
sampah hasil dari mengumpulkan sampah di tiap rumah.
Sanitasi di Kampung Mutihan, layaknya di
kampung lain di Surakarta, disalurkan ke salah satu IPAL di Surakarta. Jadi,
tidak ada septic tank di kampung ini. Karena itu, warga banyak yang
memanfaatkan air dari tanah dengan membuat sumur. Mereka tidak perlu cemas akan
pencemaran air yang bisa terjadi jika mereka memiliki septic tank. Dengan rumah
yang padat seperti itu, sistem ini memang memiliki manfaat lebih.
Di depan rumah warga, kami sering
melihat fenomena menarik. Jika dulu biasanya orang menjemur baju mereka di
tempat tersembunyi, di belakang rumah misalnya, di sini kami malah banyak
melihat orang-orang menjemur pakaian mereka di pinggir jalan. Mungkin karena
sudah tidak ada lahan lagi sehingga mereka tidak memiliki pilihan lain.
Kami lalu berhenti sejenak di sebuah
masjid, namanya Masjid Ar Rohmah. Saat itu waktu menunjukkan pukul 10.15.
Masjid nampak sepi dan terkunci. Ketika melihat-lihat suasana masjid, kami
dikejutkan oleh seorang bapak-bapak. Ternyata beliau diamanahi untuk menjaga
masjid tersebut sementara waktu karena takmirnya sedang menunaikan ibadah haji.
Saat kami menanyakan tentang kondisi masjid ini dan pengelolaannya, bapak
tersebut malah menyuruh kami untuk bertemu dengan Ibu Tri Mastuti.
Dari Ibu Tri Mastuti, kami mendapat
banyak informasi, tidak hanya tentang keadaan masjid tetapi juga mengenai
keadaan Kampung Mutihan, di RT 02 RW X khususnya. Setiap Selasa malam, ada
pengajian untuk ibu-ibu. Sedangkan pada Senin malam, ada pengajian tafsir untuk
bapak-bapak.
MCK di Kampung Mutihan terdapat dua MCK.
Keduanya terletak di kawasan industri batik Kampung Mutihan. MCK ini dibangun
oleh Dinas Pekerjaan Umum Surakarta. Hanya saja keadaan di salah satu MCK
tersebut sedikit memprihatinkan karena letaknya yang terlalu pelosok dan dekat
dengan sungai. Dan juga di dekatnya digunakan untuk kandang itik sehingga
banyak kotoran itik yang berdampak pada kebersihan MCK tersebut. Tentunya perlu
campur tangan dari masyarakat agar fasilitas tersebut dapat terjaga
kebersihannya.
No comments:
Post a Comment