Bismillah..
"bulek nung. Ngapain?"
"nanti jalan aja ya, mbah"
"duduk sini aja"
"naik kereta Thomas.. tut tut tut"
Luqman lagi sama ayah ibunya :3 |
Kata-kata di atas adalah celotehan yang sering diucapkan sama keponakan saya. Nama panjangnya Luqman Haruna Nur Syakbani kalo gak salah. Maklum, nama anak sekarang panjang-panjang. Gak kaya dulu. Jadi susah ngingetnya. Kaya nama anak-anak lainnya, nama itu punya arti, intinya mbak sama mas ipar saya pengin anak pertamanya ini seperti anaknya Luqman yang kisahnya tertulis di Al Quran, yang baik tutur katanya dan halus budi pekertinya. Haruna saya lupa artinya, sedangkan Nur Syakbani artinya cahaya di bulan Syakban karena memang terlahir di bulan itu. Sudah dua tahun lebih umurnya. Kalau lagi main sama Luqman, bawaannya suka iri. Kerjaannya cuma tidur, makan, main. Tapi emang bener juga sih, namanya juga anak kecil.
Enam belas tahun lalu saya juga kaya gitu. Isinya bahagia aja rasanya. Kalau ada apa-apa atau lagi pengen sesuatu tinggal bilang bapak, ibu, mas Rudy, atau mbak Ratri. Surga banget rasanya. Tapi meski kaya gitu, bapak saya tetap mendidik saya untuk bekerja keras. Misalnya, ketika dulu saya masih punya ayam sama sapi, bapak saya sering nyuruh saya bantuin buat kasih makan mereka. Karena masih kecil, saya bekerja dengan senang hati. Saya anggap itu bermain juga, bermain sama binatang tepatnya. Mulai dari "ngombor" sampai cari rumput, sempat saya alami bersama bapak saya. Capek sih, tapi asik. Pernah malah pas saya main-main di kandang, tepatnya di tempat buat nyimpan "damen", saya terjebak di situ dan saya minta tolong temen saya buat nolongin. Haha, konyol banget -_-
Dan akhirnya saya pun bertambah besar. Menginjak kelas empat SD, saya sering diajak bapak saya buat ikut ke daerah. Maklum, karena pekerjaan bapak saya dulu di Dinas Lingkungan Hidup, jadi sering diutus ke kecamatan-kecamatan di daerah Wonogiri untuk melabel kayu-kayu yang didapat secara legal. Waktu itu saya belum begitu tahu, jadi saya anggap pekerjaan bapak saya itu cuma kaya jalan-jalan aja sambil nge"thok"i kayu. Selama perjalanan bapak saya sering ngajak mampir buat jajan. Dan memang pilihan bapak saya itu selalu tepat, warung yang dipilih beliau selalu menyajikan makanan yang enak-enak. Namun suatu hari, mungkin ketika libur semester kenaikan kelas, tiba-tiba ada kabar kalau bapak saya kecelakaan saat tugas ke daerah. Saat itu memang bapak saya berangkat sendiri. Saya biasa aja karena waktu itu ibu saya juga kelihatan tenang-tenang saja. Tidak begitu parah berarti, pikir saya. Namun entah bagaimana, karena waktu terasa begitu cepat, tetangga-tetangga saya mulai berdatangan. Perasaan saya mulai nggak enak. Saya masuk ke kamar mandi. Menangis. Orang-orang mulai mencari saya. Saya pun keluar dan mencoba memperlihatkan ketegaran saya, tapi saya gak bisa. Lalu saya mulai mendengar kakak saya menjerit dan menangis, sambil berkata " bapak wes renek".
Iya, bapak saya meninggal akibat kecelakaan. Selang beberapa hari, saya masih sering menangis. Sakit rasanya ketika orang yang begitu dekat dengan saya, selalu ada di sisi saya setiap hari, yang mana saya biasa bercengkerama dan bercanda bersama, tiba-tiba hilang begitu saja, hanya meninggalkan kenangan. Memang benar kata bang Alitt, "Karena seberat-beratnya menghapus perasaan, yang lebih berat itu menghapus kebiasaan". Maksudnya, yang membuat sulit menghapus perasaan sedih saya adalah karena saya masih sering inget kebiasaan-kebiasaan yang sering saya lakukan sama bapak.
Tapi itu udah delapan tahun silam, sekarang semua udah harus berubah. Saya harus lebih kuat, dan memang untuk alasan ini lah Allah menghendaki semua itu terjadi. Sekarang saya cenderung tertutup kalau menyangkut bapak saya ini. Memang ini akan membuka luka itu lagi, tapi bukan karena alasan itu tapi lebih karena saya gak suka sama rasa canggung saat ngomongin itu sama orang lain. Kadang saya jadi gak enak sendiri ketika mereka bilang "eh amit ya. aku gak tahu" atau "yuuh, sabar ya". Dan ini pertama kalinya saya nyeritain ini di jejaring sosial yang bisa diakses di seluruh dunia. *trus gw harus bilang woow -_-
Dan kalau sedang nyepeda tiba-tiba inget bapak, saya berdoa agar kejadian itu tidak berulang pada saya. Saya gak bisa bayangin kalau ibu saya kehilangan dua orang yang disayanginya dengan cara yang tragis, betapa sedihnya beliau. Karena itu kejadian ketika saya jatuh dari sepeda tempo hari mengingatkan saya untuk lebih waspada dan berhati-hati. Kasihan juga, pak polisi udah susah-susah masang rambu-rambu lalulintas dan peringatan yang tulisannya besar-besar "INGAT! KELUARGA MENUNGGU DI RUMAH" tapi kitanya acuh aja.
Setelah rumah saya ini berkurang satu anggota, kakak-kakak saya juga mulai meninggalkan rumah ini. Mereka harus mencari uang dengan memilih untuk merantau ke Jakarta. Pastinya karena di sana banyak pekerjaan yang menjanjikan. Saya gak habis pikir kalau saya nantinya juga harus kerja di sana. Karena selain banyak perusahaan dan kantor-kantor yang menawarkan pekerjaan, mereka juga menawarkan permasalahan. Mulai dari jalanan yang macet, polusi kendaraan dan asap pabrik, banjir yang disebabkan kurangnya ruang terbuka hijau dan orang yang membuang sampah sembarangan, serta masih banyak lagi permasalahan lainnya. Betapa peningnya kepala saya jika tinggal di antara permasalahan-permasalahan itu. Yaa, tapi inilah hidup.
Dan Luqman sekarang harus menghadapi itu semua. Saya tersenyum ketika mendengar cerita dari kakak saya "Luqman sekarang udah gak mau diajak ke kantor lagi, katanya harus ada salah satu yang di rumah buat jagain Luqman." Memang gak seharusnya anak sekecil itu udah dipaksa bangun pagi dan ikut ke kantor untuk ditipkan sama pengasuh, dan pulang sampai malam. Dan sekali lagi, inilah hidup. Kadang memang ada beberapa hal yang tidak kita inginkan memaksa kita untuk menurutinya. Seperti beberapa cerita yang saya tulis di atas. Kelak ketika Luqman udah bisa baca, saya berharap semoga dia bisa belajar dari semua yang saya tulis di sini :)
Enam belas tahun lalu saya juga kaya gitu. Isinya bahagia aja rasanya. Kalau ada apa-apa atau lagi pengen sesuatu tinggal bilang bapak, ibu, mas Rudy, atau mbak Ratri. Surga banget rasanya. Tapi meski kaya gitu, bapak saya tetap mendidik saya untuk bekerja keras. Misalnya, ketika dulu saya masih punya ayam sama sapi, bapak saya sering nyuruh saya bantuin buat kasih makan mereka. Karena masih kecil, saya bekerja dengan senang hati. Saya anggap itu bermain juga, bermain sama binatang tepatnya. Mulai dari "ngombor" sampai cari rumput, sempat saya alami bersama bapak saya. Capek sih, tapi asik. Pernah malah pas saya main-main di kandang, tepatnya di tempat buat nyimpan "damen", saya terjebak di situ dan saya minta tolong temen saya buat nolongin. Haha, konyol banget -_-
Dan akhirnya saya pun bertambah besar. Menginjak kelas empat SD, saya sering diajak bapak saya buat ikut ke daerah. Maklum, karena pekerjaan bapak saya dulu di Dinas Lingkungan Hidup, jadi sering diutus ke kecamatan-kecamatan di daerah Wonogiri untuk melabel kayu-kayu yang didapat secara legal. Waktu itu saya belum begitu tahu, jadi saya anggap pekerjaan bapak saya itu cuma kaya jalan-jalan aja sambil nge"thok"i kayu. Selama perjalanan bapak saya sering ngajak mampir buat jajan. Dan memang pilihan bapak saya itu selalu tepat, warung yang dipilih beliau selalu menyajikan makanan yang enak-enak. Namun suatu hari, mungkin ketika libur semester kenaikan kelas, tiba-tiba ada kabar kalau bapak saya kecelakaan saat tugas ke daerah. Saat itu memang bapak saya berangkat sendiri. Saya biasa aja karena waktu itu ibu saya juga kelihatan tenang-tenang saja. Tidak begitu parah berarti, pikir saya. Namun entah bagaimana, karena waktu terasa begitu cepat, tetangga-tetangga saya mulai berdatangan. Perasaan saya mulai nggak enak. Saya masuk ke kamar mandi. Menangis. Orang-orang mulai mencari saya. Saya pun keluar dan mencoba memperlihatkan ketegaran saya, tapi saya gak bisa. Lalu saya mulai mendengar kakak saya menjerit dan menangis, sambil berkata " bapak wes renek".
Iya, bapak saya meninggal akibat kecelakaan. Selang beberapa hari, saya masih sering menangis. Sakit rasanya ketika orang yang begitu dekat dengan saya, selalu ada di sisi saya setiap hari, yang mana saya biasa bercengkerama dan bercanda bersama, tiba-tiba hilang begitu saja, hanya meninggalkan kenangan. Memang benar kata bang Alitt, "Karena seberat-beratnya menghapus perasaan, yang lebih berat itu menghapus kebiasaan". Maksudnya, yang membuat sulit menghapus perasaan sedih saya adalah karena saya masih sering inget kebiasaan-kebiasaan yang sering saya lakukan sama bapak.
Tapi itu udah delapan tahun silam, sekarang semua udah harus berubah. Saya harus lebih kuat, dan memang untuk alasan ini lah Allah menghendaki semua itu terjadi. Sekarang saya cenderung tertutup kalau menyangkut bapak saya ini. Memang ini akan membuka luka itu lagi, tapi bukan karena alasan itu tapi lebih karena saya gak suka sama rasa canggung saat ngomongin itu sama orang lain. Kadang saya jadi gak enak sendiri ketika mereka bilang "eh amit ya. aku gak tahu" atau "yuuh, sabar ya". Dan ini pertama kalinya saya nyeritain ini di jejaring sosial yang bisa diakses di seluruh dunia. *trus gw harus bilang woow -_-
Dan kalau sedang nyepeda tiba-tiba inget bapak, saya berdoa agar kejadian itu tidak berulang pada saya. Saya gak bisa bayangin kalau ibu saya kehilangan dua orang yang disayanginya dengan cara yang tragis, betapa sedihnya beliau. Karena itu kejadian ketika saya jatuh dari sepeda tempo hari mengingatkan saya untuk lebih waspada dan berhati-hati. Kasihan juga, pak polisi udah susah-susah masang rambu-rambu lalulintas dan peringatan yang tulisannya besar-besar "INGAT! KELUARGA MENUNGGU DI RUMAH" tapi kitanya acuh aja.
Setelah rumah saya ini berkurang satu anggota, kakak-kakak saya juga mulai meninggalkan rumah ini. Mereka harus mencari uang dengan memilih untuk merantau ke Jakarta. Pastinya karena di sana banyak pekerjaan yang menjanjikan. Saya gak habis pikir kalau saya nantinya juga harus kerja di sana. Karena selain banyak perusahaan dan kantor-kantor yang menawarkan pekerjaan, mereka juga menawarkan permasalahan. Mulai dari jalanan yang macet, polusi kendaraan dan asap pabrik, banjir yang disebabkan kurangnya ruang terbuka hijau dan orang yang membuang sampah sembarangan, serta masih banyak lagi permasalahan lainnya. Betapa peningnya kepala saya jika tinggal di antara permasalahan-permasalahan itu. Yaa, tapi inilah hidup.
Dan Luqman sekarang harus menghadapi itu semua. Saya tersenyum ketika mendengar cerita dari kakak saya "Luqman sekarang udah gak mau diajak ke kantor lagi, katanya harus ada salah satu yang di rumah buat jagain Luqman." Memang gak seharusnya anak sekecil itu udah dipaksa bangun pagi dan ikut ke kantor untuk ditipkan sama pengasuh, dan pulang sampai malam. Dan sekali lagi, inilah hidup. Kadang memang ada beberapa hal yang tidak kita inginkan memaksa kita untuk menurutinya. Seperti beberapa cerita yang saya tulis di atas. Kelak ketika Luqman udah bisa baca, saya berharap semoga dia bisa belajar dari semua yang saya tulis di sini :)
Nur...
ReplyDeletehey fir :D
Deletehey Nur, tetep cemungudh ea Nur :') Allah tidak akan memberi cobaan di luar kemampuan hambaNya ^^
DeleteO iya, ati2 kalo berkendara, hehe ;)
hehe iya fir mksh :D
Deleteiya ini juga smngat kok, smngat nulis. hehe
siap bu guru :)
oke bu tata kota :) eh bener ga sih "bu tata kota"?
Deletehaha.. baru denger aku istilah kaya gitu.. bisa deh bisa :p
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeletembrebes mili bacanya, mb'nur.. :')
ReplyDeletewaa.. kangen luqmaan >.<
hehee, kayaknya dulu aku juga pernah ikut maen di tumpukan "damen" (jerami?) itu deh..
btw, saran dikit nih.. Ceritanya dibikin paragraf2 aja, biar lebih menarik dan enak bacanya.. Tapi so far bagus banget kog ceritanya ;)
"Kehidupan mengajarkan hikmah dengan terus bicara; sedang kematian menjadi guru dengan diamnya. BELAJAR sejati: simak hidup, renungi mati.."
semangaat yaa!!
semangat belajar (akherat & dunia), semangat nulis, semangat perbaikan dan kebaikan ^_^
(maap, comment yang tadi salah akun)
hehe.. ini nulisnya udah lmyn lama tp bru brani ak post akhir" ini :D
ReplyDeletesama.. tp luqman skrg udah ada yang jagain, jd d klo d rmh gk ngerepotin budhe lg. hehe
iya ini dulu cuma tak copas dr fb trus lupa ngeditnya. ntar deh tak edit :D
bgus itu quotenya, kpan" tak cantumin ah :D
iya mksh, insyaAllah dk ^_^